Posted in SERBA SERBI

Banyaknya Mitos dalam Sakit Gangguan Jiwa

Banyaknya Mitos dalam Sakit Gangguan Jiwa – Sering berjalannya waktu yang ada saat ini sudah semakin banyak orang merasa sangat stress bahkan menjadi sangat tidak tenang untuk dapat menjalani kehidupannya. Gangguan jiwa atau gangguan mental merupakan kondisi kesehatan yang dapat memengaruhi suasana hati, pikiran, perilaku, atau kombinasi di antaranya. Beberapa contohnya yakni depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, gangguan makan, hingga kecanduan. Setiap orang memiliki masalah kesehatan mentalnya masing-masing, namun masalah kesehatan mental dapat berubah menjadi gangguan jiwa ketika gejala yang sering muncul menyebabkan stres terus-menerus dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

Banyaknya Mitos dalam Sakit Gangguan Jiwa

1. Mitos 1: Gangguan jiwa jarang ditemui
Faktanya, gangguan jiwa merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami di seluruh dunia termasuk Indonesia. Menurut keterangan dari World Health Organization (WHO) dalam Infodatin Kemenkes RI, sekitar 450 juta orang di dunia mengalami mental illness. Gangguan jiwa yang paling umum diderita ialah depresi, diperkirakan 264 juta orang di seluruh dunia mengalaminya.

Menurut Laporan Nasional Riskesdas 2018, sebanyak 9,8 persen penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Selain itu, disebutkan pula sebanyak 6,1 persen penduduk mengalami depresi dan sebanyak 6,7 persen penduduk mengalami skizofrenia/psikosis. Dari data-data tersebut menunjukkan bahwa gangguan jiwa atau masalah kesehatan mental bukanlah sesuatu yang jarang terjadi.

2. Mitos 2: Gangguan jiwa terjadi karena kegiatan supernatural
Berdasarkan keterangan dari laman Kemenkes, sebagian besar masyarakat Indonesia masih percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh kegiatan supernatural dan hal yang tidak rasional. Contohnya seperti terkena sihir, kemasukan roh jahat, melanggar larangan, dan sebagainya. Karena stigma tersebut, masyarakat pun menanganinya dengan jalan nonmedis.

Padahal, gangguan jiwa bisa dijelaskan dan dibuktikan secara ilmiah. Dilansir Mayo Clinic, gangguan jiwa dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor biologis, lingkungan, hingga adanya gangguan fungsi sel saraf otak.

Faktor keturunan menjadi salah satu penyebab umum gangguan jiwa. Gen tertentu dapat meningkatkan risiko terkena gangguan jiwa dan gangguan ini dapat terpicu di beberapa situasi tertentu.

Selain itu, penyebab lainnya dapat berasal dari gangguan fungsi sel saraf otak di mana jaringan saraf yang melibatkan neurotransmiter terganggu. Akibatnya, fungsi reseptor saraf dan sistem saraf berubah, menyebabkan depresi, dan gangguan emosional lainnya.

3. Mitos 3: Anak-anak tidak terkena gangguan jiwa
Anggapan ini sayangnya salah, anak-anak juga berpotensi terkena gangguan jiwa. Mengutip laporan dari WHO, 10 persen dari anak-anak dan remaja di seluruh dunia mengidap gangguan jiwa dan kebanyakan dari mereka tidak mencari ataupun menerima pertolongan.

Setengah dari seluruh gangguan jiwa mulai terlihat saat berumur 14 tahun. Bahkan, bunuh diri menjadi penyebab utama ketiga yang berujung kematian pada umur 15 hingga 19 tahun. Tidak tertanganinya gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja akan membatasi peluang mereka memperoleh kehidupan yang memuaskan.…

Continue Reading... Banyaknya Mitos dalam Sakit Gangguan Jiwa